Kisah ini berawal pada bulan Maret tahun 2007 ketika saya divonis menderita penyakit TBC. Saat itu saya merasakan sakit di bagian dada kanan dan ada batuk batuk kecil yang kadang muncul kadang hilang. Berat badan turun drastis dan setiap malam keringat dingin bercucuran. Namun karena kesibukan saya kerja di perusahaan swasta dengan jam kerja yang lumayan sibuk saya abaikan penyakit saya tersebut dan tidak berobat lagi saat badan saya merasa enakan Hingga akhirhya awal tahun 2009 saya merasakan sakit yang teramat sangat di bagian pinggang.
Saya akan sedikit bercerita tentang apakah itu TB. Walaupun saya pernah mengenyam kuliah dengan jurusan Biologi namun saya akui, saya tidak tahu banyak tentang jenis bakteri ini. Bakteri ini termasuk bakteri yang sangat bandel, susah dibunuh, karena pengobatannya membutuh waktu yang sangat lama. Untuk TB Paru hingga 6 bulan dan Extra paru bisa lebih dari 1 tahun bahkan bisa 18 bulan tergantung kasusnya. Saya sendiri mengkonsumsi nya 1 tahun 6 bulan baru di nyatakan bebas TB setelah di lakukan serangkaian tes tes kesehatan.
Bagi saya, menderita kelumpuhan terasa amat berat,apalagi di awal-awal saya sakit, saya benar benar tersiksa dan sangat bergantung sama ibu saya. Saya nyaris tak bisa bergerak, pinggang saya sakit luarbiasa. Saya hanya bisa tidur terlentang, tak bisa miring, dimiringkan pun saya tidak berani karena sakit yang teramat sangat. Masih segar diingatan saya, saya lumpuh tepatnya hari kamis sore Tanggal 4 Juni 2009 sekitar jam 16.00 ketika hendak berwudhu, tapi tiba tiba pinggang terasa sangat sakit dan kaki tak bisa bergerak. Sejak saat itu saya lumpuh hingga sekarang.
Tanggal 2 Juli 2009 saya di bawa ke RS Bethesda dan dieperasi tanggal 6 Juli 2006 dan pulang dari RS tanggal 18 Juli 2009. Namun, operasi bukan membuat saya bisa berjalan, tapi hanya menghilangkan rasa sakit di pinggang saja. Rasa kaki terbakar, tertusuk tusuk, terikat, seperti banyak luka(perih perih) tidak kunjung hilang, bahkan sampai tulisan ini saya buat saya masih merasakannya. Tiada hari tanpa menahan rasa sakit. Namun saya berusaha menyembunyikan rasa sakit itu walaupun jujur ketika sendiri saya suka menangis karenanya.
Setelah sekian lama hanyabisa tergeletak di tempat tidur, tanggal 10 Setember 2012 saya ke RS Fatmawati Jakarta disana saya diminta MRI ulang dan hasilnya seperti ini. Dan selanjutnya saya di operasi pemasangan pen yang dimaksudkan agar kerusakan tidak bertambah.
Tanggal 8 Februari saya baru keluar dari RSF. Setelah keluar, saya masih harus menjalani pengobatan TBC saya hingga dinyatakan bebas dari TB. Saya harus mengkonsumsi Obat Anti TB yang tidak boleh telat walaupun hanya sekali. Mual yang saya rasakan beberapa menit setelah mengkonsumsi obat itu. Setelah 1 tahun lebih saya mengkonsumsinya, akhirnya saya dinyatakan sembuh oleh dokter paru. Sedikit lebih lega walaupun kelumpuhan saya belum juga sembuh. Saat ini saya masih harus dikursi roda dengan menahan rasa sakit hingga waktu yang saya tidak tahu kapan berakhirnya. Kegiatan-kegiatan ringan saya lakukan agar rasa sakit itu bisa sedikit terlupakan.