Sepertinya sudah tidak banyak kesempatan yang bisa aku dapatkan setelah menjadi disabilitas kecuali meng-upgrade ilmu. Salah satu caranya adalah belajar mencari uang melalui internet. Cara yang aku lakukan adalah membuat aplikasi android yang didalamnya aku pasang iklan. Sebenarnya ingin sekali belajar pemrograman android native dengan menggunakan android studio, tapi apa mau dikata, laptop yang aku punya dengan prosesor intel B950 dengan RAM yang sudah aku tambah menjadi 4GB pun ternyata masih terlalu berat. Apalagi prosesor jenis itu belum mendukung virtualisasi sehingga makin berat saat menjalankan emulator.
Untuk membeli tipe yang baru tentunya harus mencari uang, aku pernah jual bingkai kaligrafi namun berhenti di tengah jalan karena memang terlalu berat buat saya saat belanja barang yang kelewat berat.
Akhirnya aku memutuskan untuk ikut menjadi atlet disabilitas di PON/Peparnas 2016. Tidak banyak yang bisa saya dapatkan. Tidak ada pelatda dan setiap bulan latihan hanya di beri uang saku sebesar 225.000 rupiah sebulan. Jauh banget jika dibandingkan dengan atlet nondisabilitas yang sebulan mencapai 4.5 juta. Belum lagi peralatan yang harus aku beli sendiri. Beruntung ada donatur yang mau membelikan peralatannya dan membiayai latihannya. Oiya, saya masuk menjadi atlet bowling DKI dan untuk beli bola dan latihannya juga terlalu mahal buat saya dan itu tidak di cover dari DKI.
Tidak hanya saya, banyak disabilitas yang juga mengambil peran sebagai atlet karena memang sangat jarang kesempatan untuk berkarya seperti bekerja di instansi pemerintah ataupun swasta. Apalagi pendidikan sebagian besar disabilitas hanya sebatas SMP/SMA atau bahkan tidak sekolah dan juga umur yang sudah melebihi 35 tahun.
Bagi disabilitas yang beruntung bisa mendapatkan medali, uang tersebut bisa digunakan untuk usaha atau membeli peralatan yang mereka butuhkan. Kami menerima medali juga tidak utuh karena ada yang harus kami bayar kepada para pengurus. Besarnya tergantung dari daerahnya masing masing.
Bagi disabilitas yang tidak bisa ikut menjadi atlet mereka ada yang membuat kerajinan tangan seperti papertole, keset, peralatan pel atau usaha lain yang diminatinya. Namun hasil yang diperoleh nya juga sangat minim. Jauh dari batas UMR DKI. Tapi itulah kehidupan kami, suka tidak suka, senang atau pun tidak, harus tetap kami jalani.