Disabilitas yang Sukses, Mungkin kah?

Posted on

Disabilitas berkaryaJawabannya kenapa tidak?. Banyak masyarakat yang menganggap disabilitas itu hanya memnajdi beban.  Beban bagi keluarganya, beban bagi pemerintah setempat atau negara. Padahal menurut saya tidak semua.  Saya akui kehidupan disabilitas itu lebih sulit jika dibandingkan dengan nondisabilitas.  Namun hal tersebut tidak bisa menjadi halangan bagi seorang disabilitas untuk meraih kesuksesan. Saya banyak melihat banyak perusahaan, instansi pemerintah maupun swasta cenderung menganggap bahwa disabilitas itu hanya menjadi beban dan tidak akan produktif hal itu terbukti masih banyaknya perusahaan, instansi pemerintah dan swasta yang ogah ogahan dalam menerima karyawan disabilitas.  Kalaupun menerima, mereka hanya memilah dan memilih dari disabilitas ringan saja yang akan mereka terima.  Disabilitas lain yang mereka anggap beban tidak akan mereka terima.

Dari kejadian tersebut akhirnya banyak disabilitas yang memutuskan untuk tinggal di panti, dan bagi mereka yang bermental baja akan mencoba berwirausaha, baik jualan, membuat kerajinan, menjadi atlet atau yang lain.  Jika mereka dari keluarga kaya tentunya tidak akan ada masalah, tetapi bagi mereka yang berasal dari keluarga tak mampu tentu akan menjadi menjadi masalah tersendiri.  Seperti saya, yang ditolak melamar pekerjaan berkali kali dan akhirnya banting stir menjadi atlet disabilitas cabang boling, dengan dengan ijin Allah, berhasil mendapatkan medali perunggu di event peparnas 2016.  Tidak banyak memang, namun saya bersyukur akhirnya bisa di jadikan modal untuk usaha kecil kecilan lewat online dan blogging.

Jangan di dikira seorang disabilitas tidak mampu bekerja keras di luar.  Diantara temen temen saya, ada yang berjualan keliling dengan menggunakan kursi rodanya, ada yang menjadi tukang las dan ada juga yang menekuni digital printing.  Kami memang kesulitan dalam hal pemasarannyanya dan kekurangan modal, namun kami harus terus berusaha berjuang karena kehidupan diluar yang memang tidak memungkinkan untuk kami bisa masuk. Kami masih dideskriminasi.

Selama saya menjalani rehabilitas di Panti Sosial, sebenarnya banyak sekali pelatihan yang sudah pernah diiukuti oleh disabilitas, namun pelatihan tersebut seakan hanya sia sia. Banyak faktor yang menyebabkannya, namun sepertinya pihak pemerintah dan penyelanggara pelatihan tidak pernah memikirkan hal ini atau tidak pernah mengevaluasi hasil pelatihannya.

Disabilitas mempunyai keterbatasan tersendiri, kondisi mereka berbeda beda dan hal ini yang tidak dipahami oleh pihak penyelenggara.  Belum lagi masalah finansial.  Sebagai contoh kecil pihak A memberi pelatihan berwirausaha, digital printing misalnya, selama beberpa hari diajari desain grafis, diajari cara mencetak di mug, kain, piringan plakat dan lain lain, namun setelah pelatihan mereka (Disabilitas) hanya dilepas begitu saja, mereka di suruh mencari peralatan sendiri, modal sendiri dan tidak diajari bagaimana mencari pelanggan. Akhirnya pelatihan tersebut menjadi sia sia.

Disabilitas yang telah selesai pelatihan dan tidak diberi peralatan dan modal awal, mereka tidak bisa merealisasikan apa yang telah mereka dapatan dari pelatihan tersebut.  Bagaimana mereka mau membeli peralatan?, pekerjaan saja tidak punya, minta pada keluarganya juga tidak mungkin sedangkan mereka saja tinggal dipanti sosial.

Permasalah kedua adalah marketing, jikapun mereka sudah menguasai materi dan punya cukup modal, untuk pemasarannya punmereka akan kesulitan,  tentunya jika seorang penyandang disabilitas berjalan jalan kesana kemari menawarkan jasa atau dagangannya yang ada malah akan di garuk satpol PP. Saya dan beberapa temen juga pernah mengalami kejadian seperti itu saat. Mungkin kami yang salah, karena tak punya lapak, kemudian kami ikut ikutan jualan di pinggir jalan dan akhirnya di garuk satpol PP.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *